Selasa, 10 Februari 2015

Melankoli Februari 4

Diposting oleh adeindah di 05.43 0 komentar


Dunia,

Aku tidak ingin menunggu tiga minggu lagi

Melankoli Februari 3

Diposting oleh adeindah di 05.42 0 komentar


Hai,

Aku mulai menangis lagi. Aku cengeng ya. Ternyata sulit menulis sambil menangis. Harusnya aku pilih salah satu saja.

Maaf ya, hobiku aneh akhir-akhir ini. Aku ingin coba hobi baru, menangis setiap malam memikirkan kamu. Oh ya ada satu hobi baruku lagi, bangun setiap tengah malam melihat adakah sms masuk darimu.

Hei, kalau tengah malam sms aku,itu kamu habis melakukan apa?

Aku sampai hampir lupa suaramu. Aneh. Padahal baru seminggu, kenapa terasa lama sekali?

Kamu bilang kebutuhan bertemu kita berbeda, aku tipikal yang harus sering bertemu, sehari terasa lama sekali. Sedangkan kamu tipikal yang tidak perlu sering bertemu, seminggu terasa sebentar sekali.

Menyakitkan ya. Mengetahui ada fakta seperti itu diantara kita. Terlebih kamu yang menyebutkannya.

Aku menekan banyak sekali tombol ‘enter’ kali ini. Entah kenapa.

Tapi untunglah kamu tidak ada di sampingku sekarang, wajahku pasti jelek sekali, sambil ingusan. 

Tapi menyakitkan sekali kamu tidak tahu aku ada disini menangis untuk kamu.

Menyakitkan sekali menunggu.

Tapi kenapa perasaanku padamu masih terasa begitu indah untuk aku pertahankan.

Melankoli Februari 2

Diposting oleh adeindah di 05.41 0 komentar


Untuk yang tersayang, Gilang Nugraha Kusuma Ardhi;
Dan untuk mereka yang merasa dunia begitu sepi

Rabu, 4 Februari 2015

Di dawuan tidak ada hari tanpa kulihat lambaian daun padi di sawah yang begitu asri, tenang, menyejukkan hati. Mereka bergerak bagai gelombang, kadang kesini dan kadang kesana.
Setiap hari pasti ada saja ibu-ibu yang berteriak “jajan !! jajan !! neng jajan neng” atau ada saja suara riang bocah-bocah kampung.

Kalau di rumahku sendiri, setiap hari tidak pernah absen suara mama yang nyaring meneriaki kucing-kucing, ayam-ayam, dan anjing agar mereka tidak nakal. “kamu kan udah makan tadi kenapa minta makan lagi sih? Mama capek!” itu yang sering diucapkan mama ke mereka, benar-benar terasa bahwa kucing, ayam, dan anjing itu bisa bicara, meriah sekali disini. Tapi juga begitu tenang. Di sini bintangnya tidak banyak, entah kenapa. Padahal tidak ada polusi cahaya. Entahlah aku belum belajar klimatologi. insyaAllah aku belajar mata kuliah itu di semester 6.

Hei, bagaimana di sana?

Hei, apa kamu rindu aku? Sesibuk itukah disana? Apakah kamu tidak sempat sama sekali berbincang denganku melalui sms saja? Beberapa sms kontinu maksudku, bukan sms tunggal tengah malam dalam satu hari. Aku rindu kita menertawakan hal-hal sepele bersama.

Aku tahu, aku sudah bilang aku tidak apa-apa kalau kamu hanya sms aku sekali sehari, aku paham kamu banyak tanggung jawab disana. Iya aku sudah bilang begitu.

Maaf aku bohong.

Tidak sempatkah kamu menelfonku? Tidak inginkah kamu mendengar suaraku?

Tapi aku tidak berani bilang begitu. Aku takut. Aku takut kamu marah, lalu kita bertengkar karena aku terlalu egois dan mengekang ruangmu. Karena kita selalu bertengkar mengenai hal itu. Aku tidak mau.

Biarlah begini, aku menangis di depan layar bisu, yang meneriakiku dengan kata-kataku sendiri untukmu.

Biarlah kau tidak tahu.

Biarlah dunia yang menyampaikannya padamu,
Entah bagaimana dia melakukannya.
 

Muktamarianti's Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review

White Cat's Paw